Selama kunjungan ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII), kami mengamati berbagai bentuk perilaku ekonomi yang terjadi di lingkungan wisata tersebut. Kegiatan ekonomi di TMII melibatkan berbagai pelaku ekonomi yang menyediakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan para pengunjung yang didasari dengan prinsip ekonomi seperti efisiensi, penghematan dan maksimalisasi keuntungan. Kegiatan ini berlangsung secara kompleks dan dinamis.
Pertama, kami melihat adanya aktivitas penjualan mainan anak anak oleh para pedagang yang tersebar di sekitar Tugu Api. Mereka menjual berbagai jenis mainan anak anak seperti pedang pedangan, masak masakkan, stiker dan sebagainya. Para pengunjung yang memiliki anak dan ingin membeli mainan dapat melakukan tindakan ekonomi dengan membeli mainan tersebut. Tak hanya itu ada beberapa penjual yang juga menjual miniatur ataupun hiasan yang iconic di TMII. Aktivitas ini termasuk ke dalam bentuk distribusi dan konsumsi, di mana pedagang mendistribusikan produk yang mereka miliki, dan pengunjung sebagai konsumen melakukan pembelian sesuai kebutuhannya.
Kedua, terdapat layanan penyewaan sepeda dan skuter yang disediakan oleh pihak TMII sebagai bagian dari upaya mempermudah mobilitas pengunjung dan juga bermain di area yang luas. Layanan ini merupakan salah satu bentuk penyediaan jasa transportasi ringan dalam kawasan wisata. Pengunjung yang ingin menjelajahi TMII dengan cara yang lebih praktis dan efisien dapat menyewa sepeda atau skuter, melakukan pembayaran, dan menggunakan fasilitas tersebut selama waktu tertentu. Tindakan ekonomi yang terjadi adalah aktivitas menyewa dan membayar, dan termasuk dalam proses distribusi dan konsumsi jasa.
Ketiga, saya menemukan adanya penjualan makanan dan minuman di toko dekat Museum Hakka. Toko ini menjual berbagai barang khas, seperti minuman, makanan, ringan, makanan berat, dan sebagainya. Penjualan makanan dan minuman ini menunjukkan aktivitas ekonomi berupa pertukaran barang dengan uang. Di sini, Ibu penjual berperan sebagai pelaku ekonomi produsen dan distributor, sementara M. Alvito sebagai konsumen. Kegiatan ini termasuk dalam proses produksi, distribusi, dan konsumsi, karena sebagian barang dimasak sendiri untuk dijual sebagai makanan.
Saat melakukan observasi di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), setiap peserta memiliki kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi agar kegiatan berlangsung dengan nyaman dan efektif. Kebutuhan ini dapat dikelompokkan berdasarkan tingkat urgensinya, yaitu kebutuhan primer, sekunder, dan tersier.
Pertama, kebutuhan akan makanan dan minuman termasuk dalam kategori primer. Aktivitas menjelajahi kawasan TMII mengharuskan tubuh memiliki asupan energi dan cairan yang cukup. Oleh karena itu, makan dan minum menjadi hal yang sangat penting untuk menjaga stamina selama kegiatan berlangsung. Peserta dapat membawa bekal dari rumah atau membeli makanan di lokasi. Kebutuhan ini menjadi prioritas utama karena berkaitan langsung dengan kesehatan fisik.
Kedua, obat-obatan pribadi juga masuk dalam kategori kebutuhan primer, terutama bagi mereka yang memiliki kondisi medis tertentu seperti asma, alergi, atau penyakit khusus lainnya. Membawa obat sendiri merupakan langkah antisipatif untuk menjaga kesehatan. Tanpa persiapan ini, peserta bisa mengalami masalah yang mengganggu jalannya kegiatan.
Ketiga, alat-alat dokumentasi seperti ponsel, power bank, dan buku catatan termasuk kebutuhan sekunder. Alat ini berfungsi untuk mencatat informasi, mengambil gambar, atau mendukung penyusunan laporan setelah kegiatan selesai. Walaupun tidak bersifat vital bagi kesehatan, perlengkapan ini berperan penting dalam menunjang proses pembelajaran.
Selama kunjungan observasi di TMII, peserta secara tidak langsung melakukan berbagai keputusan ekonomi sederhana yang mencerminkan penerapan prinsip ekonomi dalam kehidupan nyata.
Ketika waktu istirahat tiba, saya bersama Alvito memutuskan untuk membeli minuman karena merasa haus setelah cukup lama berjalan di sekitar area TMII. Tindakan ini diambil untuk memenuhi kebutuhan fisik agar tetap bertenaga dan terhindar dari dehidrasi. Alasan ekonomi dari keputusan ini adalah untuk menjaga kesehatan tubuh agar tetap fokus mengikuti kegiatan. Saya juga mempertimbangkan harga saat memilih minuman, memilih yang harganya wajar dan sesuai kebutuhan, bukan karena merek atau tampilan. Ini menunjukkan bahwa saya menerapkan prinsip ekonomi secara bijak, yaitu mendapatkan manfaat optimal dengan biaya seminimal mungkin.
Selama kegiatan berlangsung, saya memperhatikan dua bentuk perilaku ekonomi yang berbeda, yakni perilaku konsumtif dan perilaku rasional.
Perilaku konsumtif terlihat ketika beberapa peserta memanfaatkan waktu istirahat dengan menyewa skuter atau sepeda, bukan karena kebutuhan akan transportasi, melainkan untuk hiburan semata. Pengeluaran semacam ini termasuk tidak esensial karena bisa ditunda atau dihindari.
Sebaliknya, perilaku rasional tampak pada peserta yang menggunakan waktu luang untuk benar-benar beristirahat, seperti duduk santai di tempat teduh, berbincang santai, atau mendiskusikan hasil pengamatan mereka. Hal ini menunjukkan penggunaan waktu dan energi yang efektif, sejalan dengan tujuan utama kegiatan.
Dari pengalaman ini, saya belajar bahwa mengatur kebutuhan dan keuangan pribadi membutuhkan kesadaran diri, perencanaan yang matang, dan keputusan yang bijaksana. Kita perlu mampu membedakan antara kebutuhan yang benar-benar penting dengan keinginan semata, serta mendahulukan hal-hal yang paling mendesak. Dengan bersikap hemat dan berpikir rasional, kita dapat memenuhi kebutuhan secara efisien sekaligus mendapatkan pengalaman edukatif yang maksimal tanpa pemborosan.